Kabupaten Tapin - Kalimantan Selatan

Kabupaten Tapin - Kalimantan Selatan
Peta lokasi Kabupaten Tapin Koordinat : 2° 32' 43″-3° 00' 43″ LS dan 114°46'

WISATA ALAM

Goa Batu Hapu

Batu Hapu yang terletak di dekat pasar Binuang tepatnya di desa Batu Hapu Kecamatan Hatungun bisa ditempuh 43 Km dari Kota Rantau dan 154 km dari Kota Banjarmasin. Goa Batu Hapu dari pasar Binuang masuk sejauh 16 km dengan jalan yang sudah cukup baik, ditempuh dengan jalan santai sambil menikmati pemandangan kehidupan pedesaan dan nuansa alam pegunungan selama 30 menit, goa ini terletak dipegunungan sehingga yang mempunyai hobi tantangan panjat tebing disinilah nyalinya diuji, tetapi resiko ditanggung sendiri karena belum di asuransikan, masyarakat disekitar goa siap bermitra dengan waisatawan yang berkeinginan bermalam sambil menikmati makanan dan kehidupan masyarakat pedesaan.


MASJID BERSEJARAH TAPIN

Masjid Banua Halat ( Masjid Al-Mukarramah)

Seperti Masjid yang lainnya, Masjid Keramat Banua Halat di Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan ini menawarkan sesuatu yang berbeda dari biasanya terlebih secara kultural pada aspek kepercayaan masyarakat sekitar, semenjak turun temurun masjid tersebut mempunyai sebuah karismatik sebagai ikon peninggalan sejarah perjuangan para tokoh agama di dalam mengembangkan misi agama Islam di daerah sekitar masjid. 

Daerah itu sendiri dinamakan Banua Halat karena kampung tersebut dinilai sebagai pahalat atau pembatas antara warga yang beragama Islam dan penduduk yang masih menganut kepercayaan tertentu. Meski telah memeluk Islam, tradisi baayun tetap dipertahankan.

WISATA ADAT

Aruh Adat Bapalas Suku Dayak Bukit Piani

Upacara Bapalas atau lebih dikenal aruh oleh Suku Dayak dilakukan usai panen tiba. Upacara ini dilakukan sebagai ungkapan rasa sukur yang telah diberikan kepada sang pencipta alam semesta kepada petani di desa. Selain itu juga, upacara ini digelar sebagai acara tolak bala terhadap roh-roh jahat yang diyakini bisa mendatangkan bencana pada diri petani, tanaman petani dan desanya. 



Upacara Bapalas yang dilakukan oleh Dayak Meratus yang ada di Desa Batung, Kecamatan Piani. Ritual upacaranya sendiri digelar sebagai aruh kecil yang dilangsung selama 7 hari 7 malam berturut-turut di Balai Desa Batung yang baru saja direhab.



Menurut keterangan Penghulu Adat Desa Batung, Uhil yang memimpin jalannya upacara adat ini mengatakan kalau dialah yang akan memimpin upacara adat ini. Seminggu sebelum pelaksanaan aruh ini warga Dayak yang tersebar di Kabupaten Tapin sudah diundang untuk menghadiri upacara ini.



Diantara undangan yang hadir terdapat warga Dayak Harakit, Pipitak Jaya, Belawaian dan Bagandah. “Hari pertama dari rangkaian upacara ini dilaksanakannya dilakukan pembuatan kalangkang mantit dan langgatan yang akan dipergunakan dalam prosesi upacara ini. Baru pada hari kedua dimulailan prosesi upacaranya hingga hari keenam. Seadngkan hari ketujuh disebut sebagai harri pamali di mana seluruh masyarakat desa melakukan pemantang pergi ke ladang, menyalakan api, juga tidak boleh ada satu orangpun warga desa yang meninggalkan desanya pada hari tersebut. Apabila hal ini dilanggar diyakini akan timbul bencana, kematian, atau tertular suatu penyakit yang akan diderita oleh warga di desa,” ujarnya.



Secara panjang lebar, Uhil menjelaskan prosesi upacara bapalas ini. Dimulai dari membuat kerangka langgatan yang akan dipergunakan sebagai persembahan kepada sang pencipta. Langgatan yang digantung di tengah-tengah arena dibuat terlebih dahulu rangkanya dari kayu. Baru pada keesokan harinya langgatan tadi diberi pakaian dari pucuk enau yang dibuat bermacam-macam hiasan untuk menutupi rangka langgatan hingga seluruh tubuhnya tertutup daun enau.



Langgatan ini terdiri dari dua tingkat, lantai pertama diisi dengan bakul atau disebut tumbu yang dianyam oleh orang yang ingin mempersembahkan padinya kepada Bhatara yang di atas. Warna tumbu ini beragam, ada yang berwarna kuning atau merah. “Pada upacara kali ini ada sebanyak 38 bakul yang akan dipersembanhkan dan disusun di lantai satu langgatan,” ujarnya.



Sedangkan di lantai kedua, diletakkan berbagai aneka kue khas Dayak seperti lamang, lakatan habang, hirang, putih, yang akan dipersembahkan pada orang-orang keramat. Langgatan yang dibuat, pada bagian atasnya terdiri dari panji atau kepala langgatan yang terdiri dari kain warna merah dan putih, sebagai pertanda menyembah kepada Tuhan. Kepala langgatan ini dibentuk menyilang dan mengarah ke atas sebagai tanda persembahan warga desa kepada sang pencipta.



Sementara itu, di tanah atau dibagian belakang balai didirikan kalangakang mantit yang dipergunakan sebagai persembahan dan awal dimulainya upacara bapalas ini. Tidak ketinggalan di 4 tiang yang ada di ruangan balai juga dibuat kalangkang mantit. Upacara bapalas kali ini dilaksanakan oleh penghulu adat, damang dan wakil penghulu sebanyak 11 orang yang akan memimpin upacara ini.



“Ada penghulu dan damang dari 5 desa yang hadir pada upacara kali ini, yakni dari Desa Harakit, Mancabung, Batung, Belawaian, dan Bagandah. Jumlahnya ada 11 orang balian yang akan memimpin upacara ini,” ujarnya.



Upacara bapalas di Balai Desa Batung ini dihadiri tak kurang dari 500 orang suka Dayak Tapin yang mendiami pengunungan Meratus. Mulai dari bayi umur 20 hari hingga orang dewasa berumur 80 tahun pun datang ke desa ini untuk mengikuti upacara bapalas ini. Semakin malam semakin ramai suasana balai. Upacara bapalas Dayak Tapin dihadiri oleh tua muda sebagai ungkapan rasa syukur, juga sebagai upacara tolak bala atau buang randu, buang jahat yang diyakini mereka. Upacara dipimpin oleh Penghulu Adat dalam 5 hari aruh berlangsung.



Menurut penghulu Adat, Uhil rangkaian upacara aruh Adat Tapin ini dimulai dari malam pertama membuat kalangakang mantit, yakni 11 orang balian yang dilengkapi dengan kostum memakai kain, tapih, lahung, dan gelang hiang di tangan. Kesebelas balian yang sudah berpakaian lengkap ini turun ke tanah dan berdiri di kalangkang mantit di mana penghulu membacakan mantra-mantra, setelah itu dihamburkan baras kuning sebagai tanda di mulainya upacara babalian ini.



Selanjutnya, bapincuk, di mana balian semuanya naik ke dalam balai dan membuka lawang dewata dilanjutkan dengan bapanaikan. Rangkaian keenam adalah menggantung tali rimbunan yang diikat dengan rotan di langgatan. Mawagang tatak keberikutnya, yakni tali pengikat yang terbuat dari rotan dipotong oleh balian.


Sumber : www.urangbanua.com

Tidak ada postingan.
Tidak ada postingan.